Social Icons

Pages

Sunday, May 20, 2012

Merekam Jejak Seorang Ayah #Part 1


29 April 1989, begitu coretan tanggal yang sampai saat ini masih ku simpan, coretan berita kematian Bapak ku. Bahkan, untuk tetap bisa mengabadikannya aku sudah mendigitalkan coretan berita kematian yang ditulis ibu ku beberapa tahun silam.



Sepeninggal bapak ku, dalam ingatan ku, aku benar-benar merasa senang. Sepertinya itu seperti ekspresi kesenangan bahwa aku tidak akan "diajar" Bapak ku.
Bapak ku, dalam ingatan ku "sepertinya" sangat galak. Entahlah, cuma itu yang sangat aku ingat. Mungkin karena aku cuma bisa selama 4 tahun bisa mengenal Bapak ku. Ingatan ku masih ingat ketika aku "dipecut" mainan "pecut" yang dibeli ketika Pasar Malam Sekaten. Bahkan, karena berusaha menghindar, aku pasti langsung sembunyi di "tingkat" ato "loteng" tempat orang-orang jemur pakaian.

Idul Adha, ya...hari itu..adalah moment dimana mata ini selalu menangis. Hari Idul Adha bagiku adalah hari yang sangat berarti, kata ibu ku, aku dulu lahir setelah Sholat Idul Adha, dan Bapak ku meninggal ketika sebelum Sholat Idul Adha. Alasan ini lah yang membuat aku begitu merinding mendengar takbir di Idul Adha, bahkan tak segan air mata ini keluar tanpa disadari. Kurang lebih, hanya itu ingatan ku tentang Bapakku.

Setelah Bapak ku meninggal, cerita-cerita tentang beliau sering ku dengar dari Ibu ku. Ibu, seorang wanita yang tegar menurutku. Di usia 27 tahun, sudah menjadi Janda dengan 2 orang anak kecil masih membutuhkan banyak biaya, padahal yang ditinggalkan Bapak ku adalah hutang. Dengan membawa status Janda, terkadang aku sering melihat beliau menangis dalam tahajudnya. Saya termasuk orang yang lebih beruntung dari pada kakak ku, yang jarang berinteraksi dengan Ibu. Saya sempat merasakan hidup bersama ibu kurang lebih 2 tahun, dan kakak ku dititipkan di tempat Pakdhe.

Setiap malam, selalu beliau menangis dalam sholatnya. Entanlah, apakah itu adalah keluh kesah beliau kepada Tuhan, atau sebuah rasa syukur terhadap apa yang Tuhan sudah berikan. Ibu pernah bilang "Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan dirinya". Kalimat ini yang membuat aku kagum terhadap beliau. Kekuatan seorang Ibu yang luar biasa.

Masih jelas dalam ingatanku, Ibu selalu bercerita tentang Bapak setiap aku akan tidur. Ibu pernah menceritakan bahwa hidup ketika menikah dulu, Beliau sering menceritakan tentang kejadian yang tidak mengenakkan. Kata beliau, cerita ini adalah sebuah motivasi untuk ku agar aku selalu ingat bahwa ada sebuah "ketidakenakan" dalam setiap "rasa enak". "Ingatlah, bahwa hidup tak selamanya diatas, atau dibawah", begitu kata beliau.

No comments:

Post a Comment

 

Sample text

Sample Text

English French German Spain Italian Dutch
Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sample Text


SELAMAT DATANG

Ini adalah bagian dari website www.faizperjuangan.com, milik Faiz Mudhokhi. Sebelum menjadi Guru BK di SMKN 3 Yogyakarta, Faiz bergelut di dunia Marketing Communication, event organizer, dan creative concept event. Faiz ingin tetap bisa share dan diskusi dengan teman-teman tentang bidang yang tetap menjadi "kegiatan sampingan" Faiz. Silahkan berikan saran/pertanyaan melalui faiz@faizperjuangan.com