Social Icons

Pages

Wednesday, July 1, 2009

Hanya untuk senyummu (sebuah tulisan yang kutemukan di kompi dikka)

Ditulis oleh faizmh™ di/pada Juni 3, 2008

Aku pasti sudah sering menyebut sesuatu tentang hujan, hm… tepatnya gerimis. Aku tidak tahu bagaimana asal mulanya, tapi ini sebenarnya mungkin sudah lama. Dulu aku tidak pernah sadar benar, bahwa gerimis bisa menghadirkan pesona seperti itu. Di kamar kost-ku yang kecil dan pengap itu, depannya ada beranda kecil, dimana aku bisa duduk di depan pintu atau berdiri di depan jendela kamar menikmati gerimis. Tuhan adalah pencipta yang penuh ide. Dibuatnya sebuah siang merangkak menjadi senja dengan gerimis, sementara aku bisa duduk dekat jendela, dengan segelas kopi panas dan jazz ringan di belakang… hm. Bisakah kamu bayangkan itu? Pada saat seperti itu, aku begitu penuh. Aku duduk diam, bicara dengan gerimis, tentang banyak hal, semua yang imajinatif atau nyata. Pesannya begitu jelas, Dia susupkan pelahan selimutnya di sela taburan gerimis, juga bulir-bulir yang merayap. Rasa damai itu merayap pelahan, mengisi seluruh kamar sampai sudut-sudut hati, sambil menebar bau tanah basah. Kalau kita pejamkan mata, sambil menghitung semua yang bisa disyukuri, damainya hampir seperti ketika jam-jam senyap senggang, kita meniti tasbih.

Sejak itu, setiap gerimis selalu membangkitkan kembali suasana ritmis mistis. Aku bisa membentangkan sayap-sayap mimpiku ke dunia nyata. Aku bisa mengulang lagi pelajaran mengeja bahasa yang tak punya kata. Hanya melibatkan perasaan, pikiran dan getaran-getaran purba. Jangan campur adukkan imajinasi dengan prasangka. Kita adalah cermin eksistensi-Nya. Karena kita adalah dunia. 

Pada tiap penggalan perjalanan, seperti itu, aku bisa mengukurnya dengan getaran yang sama pada waktu yang lain. Seperti ketika hujan malam, dengan segelas besar kopi panas buat kami bertujuh, di sebuah ruang yang sempit di sebuah sudut Bandung yang lusuh. Aku dan teman-temanku tidur berdesakan. Hanya berdehem-dehem, lalu ketawa kecil. Biasanya karena menertawakan ketololan kami sendiri. Ada banyak yang bisa diceritakan, aku juga pilih diam. Cuma ada dingin menggigit, ruang sempit dan mimpi tentang cinta yang sengit….:) 

Aku sering tidak mengira bahwa mimpi bisa jadi sesuatu yang begitu kita perhitungkan. Sebut saja misalnya soal asosiasi bebas itu, :). Lalu orang bisa seperti berhadapan dengan puisi. Jika sajak hanyalah usaha menafsir gerak daun jatuh, maka membaca sajak, adalah mengeja tafsiran maknanya. Gerimis adalah sajaknya, dan duduk di depan jendela seperti yang kuceritakan, adalah caraku membacanya.

Kelak sayang, akan kuceritakan kembali apa yang kubaca dengan caraku. Aku tambahkan potongan-potongan rinduku di sela-selanya. Seperti isyarat yang selalu kukirimkan. Padamu sayang, ketika kita jauh seperti ini, kubangunkan bilik yang kuisi dengan kristal-kristal kata. Tak akan ada lagi yang kubiarkan terlalu jauh berjalan lalu terjatuh dalam hujan. Hanya untuk senyummu. 

Semoga kita masih bisa terus berdamai dengan waktu. 

Kurnia Allah atas senyummu
salam

No comments:

Post a Comment

 

Sample text

Sample Text

English French German Spain Italian Dutch
Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Sample Text


SELAMAT DATANG

Ini adalah bagian dari website www.faizperjuangan.com, milik Faiz Mudhokhi. Sebelum menjadi Guru BK di SMKN 3 Yogyakarta, Faiz bergelut di dunia Marketing Communication, event organizer, dan creative concept event. Faiz ingin tetap bisa share dan diskusi dengan teman-teman tentang bidang yang tetap menjadi "kegiatan sampingan" Faiz. Silahkan berikan saran/pertanyaan melalui faiz@faizperjuangan.com